Dokumen Pribadi - Milah Smart |
Siang tadi (10/7/22) usai santap siang
bersama keluarga di rumah, Mila perlahan berjalan mendekati Abi yang sedang duduk
di dapur. Alhamdulillah kami sapat jatah daging kurban. Tiga adik Mila mulai
bergeser untuk bersantai ria di ruang tengah (biasanya mereka memberikan jatah
kepadaku untuk cuci piring). Umi ke luar untuk memilah-milah pakaian yang di jemur.
Tadi memang cuacanya mulai menduk tapi tidak hujan.
Aku menatap wajah Abi. Perlahan kudapati
kerutan di wajahnya kini mulai terlihat, umurnya genap 54 tahun. Tanggal 6 Juli
kemarin beliau ulang tahun. Walau wajahnya mulai keriput namun kasih sayangnya kepada
kami tidak akan pernah pudar. Begitupun dengan kami anak-anaknya.
Dengan lembuh ke sentuh tangan Abi dan
ku sampaikan
“Abi, Aku boleh peluk apa ndak?” ucapku
meminta izin.
“Boleh atuh. Sini sayang. Abi senang kalau
dipekuk anaknya.” Abi mempersilahkan dan menyodorkan bahunya untuk dipeluk sang
putrinya.
Aku pun memeluknya dan mendoakan kesehatan
dan kebahagia untuk Abi.
“Abi makasih ya udah motongin, nusukin
dan manggangin sate buat makan siang kita. Semoga Allah muliakan kehidupan Abi
di dunia dan akhirat.” Ujarku sambil mundur melepas pelukan.
“Aaamiin. Aamiin.” Abi nanggapi
“Abi juga ingin meluk teh Husnul kalau
lagi pulang ke sini, tapi Abi ndak enak, sama suaminya. Khawatirnya juga, kalau
teh husnul udah enggak mau lagi di peluk sama Abi.” Secuplik curhatan Abi.
“Oh yaa? Abi, teh Husnul itu mau banget
di peluk sama Abi. Abi tidak perlu malu. Walalupun teteh sudah menikah, teteh
tetap jadi anak Abi.” Bener ndak?” ujarku menenangkan
“Iyaa.” Abi mengangguk menyepakati apa
yang Mila sampaikan.
“Abi, kalau Mila udah menikah, Abi tetap
mau meluk Mila kan?” ujarku meminta permintaan kepadanya.
“Iya, InsyaAllah. Iya dek, sudah ada
kabar ikhwan yang mengajak taaruf belum? Tanya Abi.
“Alhamdulillah bi, kalau sejauh ini
belum ada. Doakan ya bi.” Ujarku sambil tersenyum.
“Semangat ya. Terus jaga diri dan jaga hati.
Abi yakin, Allah akan pertemukan anak Abi yang sholehah ini dengan laki-laki
yang baik, sholih dan Muslih.” Ujar Abi menyemangati dan mendoakan putrinya
“Aamiin allahumma aamiin” ujar kami
berdua
Sahabat Mila, diatas percakapan Mila
dengan Ayah (Abi panggilan sayang kami di rumah)
Sejak kecil, Mila memang dekat dengan kedua
orang tua. Komunikatif, terbuka dan penuh kelembutakan adalah tiga hal yang selalu
Mila bawa dimanapun Mila berada.
Mila biasa memeluk Ayah dan Ibu, atau dengan
adik-adik. Sebelum menyentuh, memagang dan menggunakan sesuatu kami terbiasa
minta izin. Termasuk memeluk Ayah.
Mila dapat inspirasi dari Dr. Aisah
Dahlan. Cht. Dalam salah satu materi seminarnya, beliau menyampaikan bahwa
“Kalau otak dibelah, sebetulnya ada
Narkotika alami yang Allah kasih pada setiap manusia. Dia ada di kelenjar
Pituitari (posisinya diantara pertemuan dua alis) Nah, di pertemuan dua alis
ini, kalau dibor ke dalam ada namanya kelenjar pituitari. Kelenjar ini
berukuran sangat kecil. Memiliki fungsi untuk menghasilkan hormon dopamin atau
biasa kita kenal hormon bahagia.”
Tetapi, beliau bilang, hormon domanin
ini tidak bisa keluar langsung dengan sendirinya. Ia harus dirangsang dengan
beberapa cara. Diantaranya dengan tersenyum, tertawa bahagia, dipeluk, mengaji
dan bernyanyi.
Pertama, tersenyumnya juga diatur. Yakni
dengan cara ada tarikan bibir kanan dan kiri minimal dua cm dan ditahan tujuh
detik. Kedua, tertawa. Biasanya kalau kita lagi mengobrol atau menihat tingkah
anak-anak kecil, suka ada yang tertawa ya? Nah itu hormon bahagianya keluar. Makanya
kita sering tuh lihat komentar “kalau melihat anak-anak itu bahagia, lucu yaa.”
Ketiga, Dipeluk. Eits,,, dipeluk dengan
Ayah, adik atau suami yang halal ya. Bukan asal peluk aja. Keempat, Olahraga juga
bisa membuat homon domapin keluar. Karena saat olahraga, organ-organ dan
sel-sel otak bergerak. Kelima, mengaji bikin hati adem, tenang. Sama dengan bernanyi
juga bikin gembira. Nyanyi yang membuat hati semangat yah. Udah yah. Inimah tambaan
aja.
Setelah belajar banyak hal, terutama
mengenai dunia fiqih munakahat, dunia parenting, ikut berbagai seminar, kelas
dan kajian tentang pernikahan juga birrulwalidain, Mila memahami bahwa karakter
mengenai kelembutan, ketenangan, disiplin, terbuka, jujur, empati, saling
tolong menolong dan semua karakter-karakter untuk menjadi pribadi yang penuh
kebahagiaan, tidak akan pernah terbangun dari luar. Ia harus dibangun sejak dini.
Rumahlah yang menjadi pondasi utama dalam membangun karakter-karakter itu
semua.
Kalau
kita lihat dan baca dari tokoh-tokoh Psikolog mengenai pembentukan karakter,
dipengaruhi oleh dua faktor. Yakni faktor Nature dan faktor Nurture. Faktor Nature
adalah pembentukan yang bersumber dari genetika/keturunan sedangkan faktor
Nurture adalah faktor pembentukan yang bersumber dari lingkungan, norma-norma,
nilai-nilai, hukum dan lainnya.
Terlepas
itu semuanya bahwa dua hal diatas sangat berpengaruh besar dalam sebuah karakter
seorang manusia. Hal diatas sesuai
dengan sabda Nabi Muhammas SAW yang artinya “Setiap Setiap
anak dilahirkan dilahirkan dalam keadaan fitrah,maka kedua kedua orang
tuanyalahyang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. Bukhari
dan Muslim)
Mila masih ingat sebuah nasehat seorang
ustadz (waktu itu Mila ikut kajian tentang birrulwalidain) Beliau mengatakan “Kedekatan
seorang Ayah (yang shalih) dengan anak perepuannya, akan menentukan seperti apa
ia tumbuh besar dan berinterkasi dengan orang lain. Ketika seorang Ayah dekat
dengan putriya, ia akan tumbuh menjadi perempuan yang hebat, mandiri,
menghargai dan penuh percaya diri. Saat memilih pasangan, ia akan memilih laki-laki
yang sifat-sifat sama seperti sosok ayahnya.
Begitupun sebaliknya. Kedekatan seorang
ibu (yang shalihah) dengan anak laki-lakinya akan menantukan seperti apa ia
tumbuh dan berinteraksi dengan orang lain di luar sana. Ketika ia dekat dengan
ibunya, maka ia akan tumbuh menjadi pemuda yang gagah, tegas, dengan kasih
sayang, penuh percaya diri, dan tidak akan pernah mempermainkan perempuan manapun.
Saat ia mencari seorang perempuan yang
akan dijadikan sebagai isterinya, ia akan memilih wanita yang sifat-sifatnya sama
seperti ibunya.
Semoga kita diizinkan oleh Allah untuk
menjadi anak-anak ang sholih dan sholihah punya pendamping hidup dan anak-anak
yang sholih dan sholiah.
Wahai Allah, yang
maha pengasih, karuniakanlah kepada kami hati yang lembut, tutur kata yang baik
dan jiwa yang kokoh dalam keimanan.
Wahai Allah, ampunilah
ayah dan bunda kami, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami di
waktu kecil.
Wahai Allah, sungguh
kami sering menyusahkan kedua orang tua kami, jadikalah keduanya termasuk
hamba-hambamu yang Engkau muliakan di dunia dan di akhirat.
Ya Tuhan kami,
anugrahkanlah kepada kami suami, isteri kami, dan keturunan kami sebagai
penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.
Ya Tuhan kami,
berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka.
Wahai Allah, bimbing
kami untuk senantiasa taat dan istiqomah dalam beribadah kepadamu. Aamiin
allaumma aamiin
Sahabat, tidak ada kebahagiaan yang hakiki
kecuali kita dapat bersama dalam ketaatan kepada Allah. Saling menasehati,
menyayangi karena Allah.
Semoga bermanfaat,
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar