Minggu, 10 Juli 2022

Kecuplik Moment Bahagiaku Bersama Ayah di Hari Idul Adha 1443 H

 

Dokumen Pribadi - Milah Smart


Siang tadi (10/7/22) usai santap siang bersama keluarga di rumah, Mila perlahan berjalan mendekati Abi yang sedang duduk di dapur. Alhamdulillah kami sapat jatah daging kurban. Tiga adik Mila mulai bergeser untuk bersantai ria di ruang tengah (biasanya mereka memberikan jatah kepadaku untuk cuci piring). Umi ke luar untuk memilah-milah pakaian yang di jemur. Tadi memang cuacanya mulai menduk tapi tidak hujan.


Aku menatap wajah Abi. Perlahan kudapati kerutan di wajahnya kini mulai terlihat, umurnya genap 54 tahun. Tanggal 6 Juli kemarin beliau ulang tahun. Walau wajahnya mulai keriput namun kasih sayangnya kepada kami tidak akan pernah pudar. Begitupun dengan kami anak-anaknya.

Dengan lembuh ke sentuh tangan Abi dan ku sampaikan

“Abi, Aku boleh peluk apa ndak?” ucapku meminta izin.

“Boleh atuh. Sini sayang. Abi senang kalau dipekuk anaknya.” Abi mempersilahkan dan menyodorkan bahunya untuk dipeluk sang putrinya.

Aku pun memeluknya dan mendoakan kesehatan dan kebahagia untuk Abi.

“Abi makasih ya udah motongin, nusukin dan manggangin sate buat makan siang kita. Semoga Allah muliakan kehidupan Abi di dunia dan akhirat.” Ujarku sambil mundur melepas pelukan.

“Aaamiin. Aamiin.” Abi nanggapi

“Abi juga ingin meluk teh Husnul kalau lagi pulang ke sini, tapi Abi ndak enak, sama suaminya. Khawatirnya juga, kalau teh husnul udah enggak mau lagi di peluk sama Abi.” Secuplik curhatan Abi.

“Oh yaa? Abi, teh Husnul itu mau banget di peluk sama Abi. Abi tidak perlu malu. Walalupun teteh sudah menikah, teteh tetap jadi anak Abi.” Bener ndak?” ujarku menenangkan

“Iyaa.” Abi mengangguk menyepakati apa yang Mila sampaikan.

“Abi, kalau Mila udah menikah, Abi tetap mau meluk Mila kan?” ujarku meminta permintaan kepadanya.

“Iya, InsyaAllah. Iya dek, sudah ada kabar ikhwan yang mengajak taaruf belum? Tanya Abi.

“Alhamdulillah bi, kalau sejauh ini belum ada. Doakan ya bi.” Ujarku sambil tersenyum.

“Semangat ya. Terus jaga diri dan jaga hati. Abi yakin, Allah akan pertemukan anak Abi yang sholehah ini dengan laki-laki yang baik, sholih dan Muslih.” Ujar Abi menyemangati dan mendoakan putrinya

“Aamiin allahumma aamiin” ujar kami berdua

 

Dokumen Pribadi - Milah Smart

Sahabat Mila, diatas percakapan Mila dengan Ayah (Abi panggilan sayang kami di rumah)

Sejak kecil, Mila memang dekat dengan kedua orang tua. Komunikatif, terbuka dan penuh kelembutakan adalah tiga hal yang selalu Mila bawa dimanapun Mila berada.

Mila biasa memeluk Ayah dan Ibu, atau dengan adik-adik. Sebelum menyentuh, memagang dan menggunakan sesuatu kami terbiasa minta izin. Termasuk memeluk Ayah.

Mila dapat inspirasi dari Dr. Aisah Dahlan. Cht. Dalam salah satu materi seminarnya, beliau menyampaikan bahwa

“Kalau otak dibelah, sebetulnya ada Narkotika alami yang Allah kasih pada setiap manusia. Dia ada di kelenjar Pituitari (posisinya diantara pertemuan dua alis) Nah, di pertemuan dua alis ini, kalau dibor ke dalam ada namanya kelenjar pituitari. Kelenjar ini berukuran sangat kecil. Memiliki fungsi untuk menghasilkan hormon dopamin atau biasa kita kenal hormon bahagia.”

Tetapi, beliau bilang, hormon domanin ini tidak bisa keluar langsung dengan sendirinya. Ia harus dirangsang dengan beberapa cara. Diantaranya dengan tersenyum, tertawa bahagia, dipeluk, mengaji dan bernyanyi.

Pertama, tersenyumnya juga diatur. Yakni dengan cara ada tarikan bibir kanan dan kiri minimal dua cm dan ditahan tujuh detik. Kedua, tertawa. Biasanya kalau kita lagi mengobrol atau menihat tingkah anak-anak kecil, suka ada yang tertawa ya? Nah itu hormon bahagianya keluar. Makanya kita sering tuh lihat komentar “kalau melihat anak-anak itu bahagia, lucu yaa.”

Ketiga, Dipeluk. Eits,,, dipeluk dengan Ayah, adik atau suami yang halal ya. Bukan asal peluk aja. Keempat, Olahraga juga bisa membuat homon domapin keluar. Karena saat olahraga, organ-organ dan sel-sel otak bergerak. Kelima, mengaji bikin hati adem, tenang. Sama dengan bernanyi juga bikin gembira. Nyanyi yang membuat hati semangat yah. Udah yah. Inimah tambaan aja.

Setelah belajar banyak hal, terutama mengenai dunia fiqih munakahat, dunia parenting, ikut berbagai seminar, kelas dan kajian tentang pernikahan juga birrulwalidain, Mila memahami bahwa karakter mengenai kelembutan, ketenangan, disiplin, terbuka, jujur, empati, saling tolong menolong dan semua karakter-karakter untuk menjadi pribadi yang penuh kebahagiaan, tidak akan pernah terbangun dari luar. Ia harus dibangun sejak dini. Rumahlah yang menjadi pondasi utama dalam membangun karakter-karakter itu semua.

Kalau kita lihat dan baca dari tokoh-tokoh Psikolog mengenai pembentukan karakter, dipengaruhi oleh dua faktor. Yakni faktor Nature dan faktor Nurture. Faktor Nature adalah pembentukan yang bersumber dari genetika/keturunan sedangkan faktor Nurture adalah faktor pembentukan yang bersumber dari lingkungan, norma-norma, nilai-nilai, hukum dan lainnya.

Terlepas itu semuanya bahwa dua hal diatas sangat berpengaruh besar dalam sebuah karakter seorang manusia.  Hal diatas sesuai dengan sabda Nabi Muhammas SAW yang artinya “Setiap Setiap anak dilahirkan dilahirkan dalam keadaan fitrah,maka kedua kedua orang tuanyalahyang menjadikannya Yahudi, Nashrani atau Majusi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mila masih ingat sebuah nasehat seorang ustadz (waktu itu Mila ikut kajian tentang birrulwalidain) Beliau mengatakan “Kedekatan seorang Ayah (yang shalih) dengan anak perepuannya, akan menentukan seperti apa ia tumbuh besar dan berinterkasi dengan orang lain. Ketika seorang Ayah dekat dengan putriya, ia akan tumbuh menjadi perempuan yang hebat, mandiri, menghargai dan penuh percaya diri. Saat memilih pasangan, ia akan memilih laki-laki yang sifat-sifat sama seperti sosok ayahnya.

Begitupun sebaliknya. Kedekatan seorang ibu (yang shalihah) dengan anak laki-lakinya akan menantukan seperti apa ia tumbuh dan berinteraksi dengan orang lain di luar sana. Ketika ia dekat dengan ibunya, maka ia akan tumbuh menjadi pemuda yang gagah, tegas, dengan kasih sayang, penuh percaya diri, dan tidak akan pernah mempermainkan perempuan manapun. Saat  ia mencari seorang perempuan yang akan dijadikan sebagai isterinya, ia akan memilih wanita yang sifat-sifatnya sama seperti ibunya.

Semoga kita diizinkan oleh Allah untuk menjadi anak-anak ang sholih dan sholihah punya pendamping hidup dan anak-anak yang sholih dan sholiah.

Wahai Allah, yang maha pengasih, karuniakanlah kepada kami hati yang lembut, tutur kata yang baik dan jiwa yang kokoh dalam keimanan.

Wahai Allah, ampunilah ayah dan bunda kami, sayangilah mereka sebagaimana mereka menyayangi kami di waktu kecil.

Wahai Allah, sungguh kami sering menyusahkan kedua orang tua kami, jadikalah keduanya termasuk hamba-hambamu yang Engkau muliakan di dunia dan di akhirat.

Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami suami, isteri kami, dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.

Wahai Allah, bimbing kami untuk senantiasa taat dan istiqomah dalam beribadah kepadamu. Aamiin allaumma aamiin

 

Sahabat, tidak ada kebahagiaan yang hakiki kecuali kita dapat bersama dalam ketaatan kepada Allah. Saling menasehati, menyayangi karena Allah.

Semoga bermanfaat,

Salam,

Milah Smart

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar