Milah Smart - Mencintai Nabi Tanpa Tapi |
Sahabat Mila, tepat di hari ini 20
Oktober 2021 kemarin bertepatan dengan 12 rabiul awwal 1443 H, setiap orang
khususnya di Indonesia, berlomba-lomba memperingati hari kelahiran Nabi yang
agung ini. Nabi Muhammad SAW. Dari pengajian hingga berbagai perlombaan juga
digalakkan di setiap masjid-masjid.
Namun sahabat Mila, apakah makna
sebenarnya mengenai Mualid Nabi Muhammad ini?
Sebelum kita membahas ini, tentu kita
harus tau siapakah yang pertama kali mengadakan maulid Nabi ini.
Dari beberapa litelatur yang Mila baca,
Peringatan maulid Nabi pertama kali dilakukan pada masa Sultan Salahuddin
Al-Ayubi (1138-1193) diantara tujuannya adalah “untuk membangkitkan kecintaaan
kepada Nabi Muhammad SAW, dan meningkatkan semangat juang kaum muslimin yang
saat itu sedang terlibat dalam peperangan melawan kaum kristen”. Perang Salib
namanya.
Selain itu juga, peringatakan ini
dilaksanakan dalam rangka membangitkan optimisme semangat jihad kaum muslimin
merebut kembali Jerussalem dari orang-orang kristen. Alhamdulillah, atas izin
Allah, hal itu berhasil. Kaum Muslimin berhasil merebutnya.
Sahabat Mila, mari kita tengok
peringatan Maulid Nabi pada masa sekarang ini. Apakah masih relevan jika
dilaksanakan? Mila sangat yakin dan percaya bahwa hal ini masih sangat relevan.
Ada banyak manfaat yang bisa kita ambil dari peringatan Maulid Nabi Muhammad
SAW. Kita tau bahwa saat ini kondisi bangsa dengan carut marut, generasi muda
(khususunya) kehilangan sosok yang bisa menjadi tauladan dalam hidupnya. Selain
itu krisis keteladanan yang sangat miris, baik dari pemimpin negeri ini, maupun
dari rakyatnya.
Sebagian pemimpin (pemangku kebijakan)
di negeri ini mengkhianati janji, ada pendidik yang mendedikasikan dirinya
sebagai penyongsong perubahan, namun tidak membekali dirinya dengan ilmu dan
adab bahkan tidak memberikan teladan. Ada orang yang (mungkin) tidak bisa
bersahabat dengan anak. Ada anak yang enggan menuruti dan taat kepada orang
tua. Ada sahabat yang berkhianat dan tidak menepati janji. Kesemuanya bermuara
pada satu kesimpulan bahwa ‘belum terinstalnya nilai akhlak dalam diri.” Lalu bagimanakah memperbaikinya?
Di hari yang bersejarah inilah, mari
kita bertanya pada diri. Apa-apa saja yang sudah kita lakukan dan kerjakan. Apakah
setiap aktifitas kita sudah sesuai dengan yang Rasul contohkan? Apakah kita
sudah tumbuh dan terintal semangat untuk mentauladani dan meneruskan risalah Nabi
sebaga rahmatan lil alamanin ini?.
Mari kita tengok lagi firman Allah berikut
ini “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)har
kiamat, dan dia banyak mengingat Allah.” (Q.S Al-Ahzab:21)
Sahabat Mila, ada beberapa contoh
keagungan akhlak Rasulullah SAWyang bisa kita terapkan dalam kehidupan
sehati-hari. Diantaranya:
1.
Rasul sangat suka memuji (mendoakan) sahabatnya.
Sahabat Mila, kalau kita lihat beberapa
litelatur hadist-hadist, kita tidak tau pasti berapa jumlah sahabat Nabi yang
utama. Misalkan saja empat sahabat yang termasuk Khulafaur Rasyidin. Kepada Abu
bakar As-Siddiq. Ketika Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, Abu Bakar lah yang
menemaninya. Saat Rasul SAW sakit, Abu Bakar juga yang diminta beliau untuk
jadi imam shalat.
Kepada Umar bin Khattab, Rasulullah
pernah berkata “Syetan saja takut kepada Umar. Bila Umar lewat satu jalan, maka
syetan akan lewat di jalan yang lain”. Kepada Utsman, Rasulullah sangat
menghargainya. Utsman menikahi dua putrinya hingga utsman dijuluki sebagai Dzu
An-Nurain (pemilik dua selendang)
Kepada Ali bin Abi Thalib, Rasulullah
juga sangat santun. Selain statusnya sebagai sahabat sekaligus sebagai menantu,
Rasulullah juga selalu memujinya. Dalam beberapa riwayat, banyak sekali
keuatamaan Ali. Diantaranya yang pernah Rasul sabdakan. “Aku ini kota ilmu dan
Ali adalah pintunya.”
Lalu bagimana dengan diri kita sekarang?
Apakah kita sudah menjadi pribadi yang senantiasa memuji? Terlebih khusus
disini adalah mendoakan saudaranya.
Apakah kita hari ini fokus pada
kelebihan saudara kita, atau fokus kepada kesalahannya? Benarkah kita ini seorang
muslim? Tetapi kenapa masih menggunjing saudaranya sendiri?
Mari kita biasakan untuk mendoakan
siapapun yang kita temui. Misalnya saat mau berangkat kerja/kampus, kita
melihat pedagang yang sedang berkeliling, dalam hati kita kemudian latunkan doa
“Ya Allah mudahkan pedagang itu”.
Saat kita melihat orang sedang berjalan,
kita doakan juga. “Ibu/Bapak semoga sehat selalu dan Allah mudahkan rezekinya.”
Saat berinteraksi dengan siswa di kelas, dalam hati kemudian melantunkan “Ya
Allah berikanlah kemudahan kepada anak-anak ini dalam belajar.” Bahkan saat
kita melihat status teman kita di feed instagram atau status whatsap kita
sampaikan doa “Neng, semoga kamu sehat-sehat ya, Allah mudahkan skripsinya dan Allah
berikan keberkahan dalam setiap aktifitasnya.”
Sahabat, kenapa kita dianjurkan untuk
mendoakan karena siapa yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan (orang
yang didoakan) maka doa itu akan kembali kekita. Bukan begitu dalam hadistnya
ya?
2.
Rasul sangat Santun
Mari kita simak cerita ini. Satu ketika,
ada seorang sahabat yang terlambat hadir ke majelis Nabi. Tempatnya pun sudah
sesak dan penuh sehingga ia meminta saudaranya untuk memberikan tempat untuknya
duduk. Namun setiap orang yang dimintai, tidak ada yang bergeser sedikit pun
dan memberikan tepat duduk. Hingga orang itu kebingungan. Nah! Hal itu dilihat
oleh Nabi Muhammad SAW.
Nabi kemudian memanggil orang itu dan memberikan
sorbannya untuk digunakan sebagai alas duduk. Dengan berlinang air mata,
sahabat ini mengambilnya dan mencium sorbannya dan ditelakkan di tangannya. Ia
tidak menggunakannya sebagai alas duduk. MasyaAllah ya.
Begitulah akhlak Rasul sebagai seorang
Dai. Ia ingin menyenangkan dan menggembirakan hati mad’unya (muridnya) Hingga
akhirnya kehadiran Rasulullah senantiasa dirindukan oleh mad’u-mad’unya. Lalu bagaimana dengan kita?
Sudahkan kita meniru akhlak Nabi sebagai
da’i atau murobbi?
Apakah kita sebagai Da’i atau guru sudah
membuat hari para murid kita senang? Apakah kita sudah menjadi pribadi yang
senantiasa dirindukan oleh mereka? Atau justru kehadiran kita membuat mereka
tidak nyaman dan kehadirannya tidak diharapkan.
Ada satu hal yang harus kita ingat bahwa
“menjadi Da’i itu melayani ummat bukan dilayani ummat.” Demikian nasehat yang
selalu Mila ingat dalam kehidupan.
3.
Rasul adalah sosok yang Powerfull
Mil, maksudnya gimana tu? Mari kita
simak kisah Rasulullah dengan Utbah bin Rabi’ah (utusan pembesar Quraisy).
Dalam satu kesempatan, ketika itu Rasul sedang
ada di kota Mekah. Rasul didatangi oleh seorang laki-laki yang merupakan utusan
pembesar Quraisy. Namanya Utbah bin Rabi’ah. Ia datang untuk menyampaikan
beberapa hal kepada Rasul. Rasulullah pun mendengarkan dengan penuh perhatian.
Ia sangat sabar dan tidak sedikit pun perkataan Utbah bin Rabi’ah dipotong atau
dibantahnya. Setelah Utbah bin Rabi’ah ini selesai mengatakan maksud dan
tujuannya, barulah Nabi membalas yang disampaikan oleh Utbah. Rasul membalasnya
dengan membaca surah Fushilat. Utbah bin Rabi’ah pun mendengarkan tanpa
membantahnya.
Inilah akhlak Nabi dalam berinteraksi.
Ia tidak merasa bangga diri dengan kedudukannya sebagai Nabi. Sekalipun yang
menjadi lawan bicaranya adalah seorang Utbah suruhan pembersar musyrik itu. Mengagumkan
bukan? Lalu bagaimana dengan kita?
Apakah dalam majelis-majelis ilmu, kita
mendengarkan dan menyimak dengan baik materi yang dipaparkan oleh narasumber?
Atau justru kita mematikan camera, kemudian meninggalkan room dalam keadaan
santuy kemudian tidur enak di kasur empuk? Sungguh inilah gambaran diri kita.
Jika hal itu yang sudah kita lakukan,
maka mari kita sama-sama memperbaikinya ya. Mulai kita benahi diri menjadi
pribadi yang senantiasa mendo’akan, santun kepada siapa pun dan sabar dalam
berinteraksi. Hingga pada akhirnya kita bisa menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Demikian sahabat Mila, tiga hal yang
bisa kita ambil dan terapkan dalam rangka memaknai peringatan Maulid Nabi
Muhammad SAW pada tahun 1443 H.
Jika sahabat Mila mau menambahkan,
silakan tulis di kolom komentar ya.
Salam,
Milah Smart
Slide Designer Muslimah & Training Facilitator
Tidak ada komentar:
Posting Komentar