3 Jenis Capek yang dicintai Allah- Milah Smart |
Assalamualaikum sahabat Mila, selamat
beristirahat ya. Malam jumat semoga senantiasa dalam kebekahan. Perbanyak doa
dan penghaapan kepada Alla semata ya.
Sahabat, pernah ndak merasakan capek. Capek belajar,
capek ngerjain tugas, capek kerja, capek menjomblo. Eaa. minta dipentung ini. 😄 Jangan capek
menjomblo atuh, kamu itu jomblo berharga ya. 😉
Pokoknya capek menjalani kehidupan dan ingin
menyerah dan bilang, “Ya Allah udahan aja, aku capek.” Se gampang itu kita
bilang.
Sahabat, Aktivitas dari pagi sampai malam,
sampai pagi lagi, kadang kerjaan belum beres dan masih dilanjutkan hari
berikutnya, pasti itu jadi membuat kita capek banget kan?
Kenapa semua terasa capek? Ya, karena hakikatnya
kehidupan kita itu untuk bercapek-capek. Berlelah-lelah kalau kata bahasa anak
gaul jaman sekarang. “Biarkan lelah jadi lillah ukhti”
Sini Mila coba ajak untuk lebih detail lain.
Jadi guru, capek ngurusin peserta didik dan
buat pencana pembelajaran sampai menyiapkan berbagai inovasi pembelajaran.
Jadi dosen juga capek, ngurusin murid dan
melakukan penelitian juga pengabdian masyarakat sebagai penerapan tridharma
perguruan tinggi.
Jadi Petani juga capek, ngurusin ladang dari proses pemilihan benih, penyemaian penanaman, pukuk tanaman hingga menjelang panen. Belum lagi panas-panasan dan menghadapai hasil panen yang kadang tidak sesuai dengan harapan.
Jadi seorang slide desain, capek juga. Clientnya minta revisi terus, sampai lebih dari sepuh kali revisi. Buat kepala puyeng (hihi, pengalaman)
Jadi apapun itu, capek sahabat semua. Karena
hakikatnya di dunia ini kita untuk bercapek-capek.
"Kalau kita hidup ndak mau capek, berarti
tandanya, kita tidak mau hidup dan selesai sudah kehidupan kita." begitu
nasehat seorang guru.
Kalau pun senang, ya kesenangan itu hanyalah
sementara. Senang dan capek, hakikiatnya hanyalah sementara dan hanya titipan
Allah. Senang hadiah dari Allah, capek juga perjalanan yang harus dilalui
setiap insan. Semuanya tidak ada yang kekal dan abadi. Kecuali apa-apa yang ada
di sisi Allah.
Kesenangan dunia hanya sementara. Sebagaimana
Allah sampaikan dalam firmanNya: “Dan apa saja (kekayaan, jabatan, keturunan)
yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kesenangan kehidupan hidup duniawi
dan perhiasannya; sedang apa yang disisi Allah adalah lebih baik dan lebih
kekal. Tidakkah kamu mengerti?” (QS Al-Qasas 28: 61).
Intinya dalam kehidupan ini, kita akan selalu
dihadapkan dengan dua pilihan. Kita mau capek dalam kebaikan atau capek dalam
keburukan. Mau capek dalam ketaatan atau capek dalam kemaksiatan. Tentu kita
bermohon kepada Allah agar kita bisa terus berada dalam kebaikan dan ketaatan.
(aaminkan atuh sahabat Mila)
Nah! ternyata ada 3 jenis capek yang dicintai
Allah. Agar mudah mengingatnya, Mila singkat menjadi MCB.
Pertama, Menuntut Ilmu. Seorang
hamba yang capek dalam menuntut ilmu karena Allah semata, capeknya akan menjadi
jalan kebaikan baginya. Capeknya akan Allah balas dengan balasan terbaik. Saat di
dunia, Allah aja akan mengangkat derajat orang-orang berilmu.
Hal ini termaktum dalam surah Al Mujadilah
ayat ke 11 yang artinya ".....niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat.."
Capeknya saat kita menuntut ilmu akan
mengantarkan kita dalam jalan ketakwaan dan keberhasilan. InsyaAllah. Siapa
yang tidak mau bercapek-capek dalam belajar maka sesungguhnya ia harus siap
dengan beratnya kebodohan di masa mendatang. Sebagaimana yang diwasiatkan oleh
Imam Syafi'i "Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu
harus sanggup menahan perihnya kebodohan"
Kedua, Cari Nafkah. Eaa
bahasanya berat ya. Beneran ini sahabat Mila. Seorang suami, seorang ayah yang
capek karena bekerja mencari rezeki yang halal dan baik untuk menafkahi anak
dan isterinya maka ia akan menjadi hamba yang dicintai Allah. Tentu kita sebagai
seorang peremuan juga sama.
Ada beberapa hadist yang Alfakir himpun dari
beberapa referensi buku mengenai akan keutamaan capek karena mencari nafkah untuk
keluarga.
Diantaranya Rasul bersabda: ”Sesungguhnya di antara
dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka
para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab: ”Bersusah payah (bekerja keras) dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)
Kemudian siapa yang bercapek-capek siang hingga
malam hari untuk mencari nafkah maka ia capeknya akan menjadi wasilah diampuni
dosa-dosanya.
Rasulullah SAW bersabda: ”Siapa saja pada
malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia
diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)
”Siapa saja pada sore hari bersusah payah
dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)
MasyaAllah ya. Setiap kali Mila membaca dan memahami
hadist ini, Mila selalu ingat dengan Abi dan Umi di rumah.
Abi dan Umi Mila, keduanya adalah petani. Setiap
pagi Abi itu sudah berangkat ke kebun untuk mengambil deresan air gula aren. Kemudian
kembali lagi ke rumah untuk sarapan dan kadang, setelah itu Abi dagang martabak.
Keliling di SD dan TK yang ada di dekat rumah dnegan gerobak dan kuda besinya. Umi
ditemani adek Zakiyah juga dagang berbagai jajanan snack ringan di TK yang
ada di samping rumah.
Setelah Abi berjualan, bisanya ke kebun atau
kesawah. Di selalu ada aja yang dikerjakan disana. Pas kami tanya Abi capek
ndak di kebun/di sawah, jawabannya capek.
“Iya capek kasang-kadang. Tapi Abi semangat lagi,
yang penting anak-anak Abi soleh sholehah, mampu menjaga kesucian dirinya,
menjaga izzahnya sebagai seorang muslim dan tetap menjaga adab-adabnya sebagai
seorang pembelajaran.” Ucap Abi dengan suara lirih.
Kadang Mila juga bertanya, apa yang membuat Abi
dan Umi mau berjuang dan berkorban untuk membiayai pendidikan anak-anaknya (kadang
backgroundnya sebagai seorang karyawan muncul) menetes air mata kalau
mendengarkan keduanya bercerita.
Sampai hari ini pun, Mila selalu bertanya dan
ngobrol tentang perkembangan di sawah dan di kebon. Setidaknya walau kami anak-anaknya
tidak membersamai di sawah dan di ladang, kami mendengarkan mereka curhat
tentang di sawah dan di ladang.
Pernah satu kesempatan, Abi dagang martabak
kelilig tetapi sudah sampai pukul 11.30 WIB baru terjual setengah dan setengahnya
dibawa pulang lagi. Sedih banget Mila lihatnya.
“Abi makasih ya Abi udah berjuang hari ini.
Abi mampu menjual setengah markabak di toples ini.” Ucapku sambil membantu
menurunkan kerangka gerobak dagangan dari motor.
Abi hanya tersenyum dan sambil menghela nafas
agak panjang. “Iya dek. Rezekinya segini. Ini sisisanya masukin kulkas dulu ya
nanti kita buat markabak untuk dimakan dan dibagikan. Hari ini sepi, ada yang
jualannya lebih menarik juga, es nama lebih laris.” Kata Abi
“Ndak papa bi, udah rezekinya Abi hari ini
dna rezeki amang penjua es nama.” Ujarku menyamangati.
Umi yang sedang sibuk didapur hanya menyimak
perbincangan kami berdua waktu itu.
Sejak kuliah juga, kami anak-anaknya selalu berkomitmen
untuk bisa lolos beasiswa di kampus. Walau kadang ada beberapa yang tidak lolos
beasiswa full, kami (anak-anaknya) mengajukan beasiswa tahunan. Alhamdulillah
ada dan dapat. Dulu teteh kami dapat beasiswa dari Muhammadiyah, Mila dapat
beasiswa Lampung Peduli, beasiswa DIPA, beasiswa Bank Indonesia. Adek-adek
dapat beasiswa YBM PLN, YBM BRI dan dari lembaga lainnya. Alhamdulillah.
Selebihnya ya dari orang tua.
Mila juga sangat salut dengan perjuangan
paman Holil (adiknya Ibu yang bungsu). Sudah 10 tahun lebih beliau kerja di sebuah
pelabuhan ternama di pulau Jawa. Pulang semingu sekali ke rumahnya (itupun
kalau sempat). Kalau beliau ke rumahnya biasanya pulang malam Ahad, dan malam
Senin sudah berangkat lagi.
Mila juga tidak begitu faham secara detail
jenis perkerjaannya namun setiap kapal itu berganti, paman dan timnyalah yang
bertugas menurunkan barang dari kapal menuju gudang penampungan dan mengisi
kembali barang-barang yang akan dikirim oleh kapan menuju pelabuhan berikutnya.
Hujan, angin malam dan kadang cuaca yang
tidak menentu membuat paman tidak terjaga pola makannya dan harus bersiap
siaga. Semua dilakukan untuk menafkahi anak dan isterinya. Kami jangan sekali
bertemu kecuali di agenda-agenda besar keluarga. Seperti pesta walimah keluarga
besar dan hari raya. Semoga di pernikahan Mila nanti, paman dan keluaga bisa
hadir mendampingi juga memberikan dosa restu secara langsung.
Pernah dalam satu kesmepatan kami mengobrol telpon
via Wtahsapp, apa prinsip yang harus dijaga saat paman bekerja di sebuah pelabuhan.
Paman bilang “Menguasai Diri dan Menjaga Emosi.”. Menurut paman, bekerja di
pelabuhan tidaklah mudah, ia akan banyak berinterkasi dengan berbagai orang dengan
suku dan latar belakang yang berbeda-beda. Jika tidak mampu menguasai diri,
tidak sabar, tidak memahami orang dan tidak paham dengan bagaimana etika
berkomunikasi makaakan mengakibatkan senggol bacok.
“Alhamdulillah sejak SD dampai SMA Paman didik
di pondok, Jadi bekal buat Paman kerja disini. Terutama menjaga ibadah dan
menjaga diri yang jauh dari anak dan isteri.” Mataku berbinar dan perlahat
airmata berderai tak diundai di pipiku.
Mila bangga pada Paman, yang berjuang untuk
menjaga diri, keluarga dan agamanya. Mila dan semua ponakan disini mendoakan
paman, semoga Allah senantiasa memberikan penjagaan terbaiknya dan memberikan paman
keturunan yang sholeh dan sholehah.
Sahabat, perjuangan orang tua kita sangat
berharga. Keringat, daran bahkan nyawanya dipertaruhkan untuk keluarganya. Karenanya
yuk kita bersungguh-sugguh dalam belajar dan terus berusaha untuk menjadi
pribadi yang bisa membanggakan keduanya.
Mengenai perjuangan mencari nafkah juga, bisa
menjadi wasilah bahwa Allah akan mengharamkan kedua tangannya masuk ke dalam
neraka. Mari kita simak sejenak kisahnya.
Pernah dalam satu kesempatan, Rasullulla SAW
sedang dalam perjalanan pulang dari perang Tabuk. Di tengah perjalanan beliau
dan para sahabat menuju gerbang kota Madinah, Rasul bertemu dengan seorang
laki-laki. Kemudian laki-laki ini datang dan bersalaman dengan Rasulullah SAW.
Saat Rasul bersalaman, terasa oleh beliau, bahwa
kedua tangan sahabat ini kapalan. Kemudian Rasul bertanya mengenai apa yang menyebabkan
kedua tangannya kapalan. Sahabat ini kemudian menjawab “Saya membajak tanah
untuk menafkahi keluarga saya wahai Rasulullah.”
Mendengar hal itu, Rasul langsung mencium
kedua tangannya. Kemudian Rasul bersabda “Tangan ini tidak akan pernah disentuh
api neraka.” (untuk riwayat hadistnya
kita cari sama-sama ya)
Ketiga Berdakwah. Capek saat kita berdakwah
juga merupakan capek yang dicintai Allah. Kenapa dicintai Allah? Karena yang
bisa melakukan hanya orang-orang pilihan saja. Tidak semua orang mampu dan mau.
Berdakwah tidak harus dengan kita pidato di mimbar-mimbar datau podium atau
masjid. Tetapi saat kita mampu memberikan keteladanan atau memberikan manfaat
kepada orang lain ini juga bagian dari berdakwah.
Dakwah secara bahasa sedehananya adalah
mengajak, menyeru atau kegiatan yang sifatnya memanggil orang-orang agar beriman
dan taat hanya kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syariat dan akhlak
Islam. Nafas utama atau konten mendasar dalam dakwah ini adalah amal maru nahi
munkar.
Tujuannya untuk apa? Menghantarkan hidayah
pada manusia serta mengeluarkan manusia dari kegelapan serta menyelamatkan manusia
dari bencana besar di dunia dan diakirat. Membebaskan manusia dari penghambaan
kepada selain Allah.
Kalau dulu waktu Mila kuliah, dakwah itu ada
berbagai macam jenisnya. Ada dakwah bi lisan, bil qolam dan bil hal. Dakwah
dengan biacara, dakwah dengan tulisan dan dakwah dengan keteladanan. Kesemuanya
perlu niat yang suci dan bersih karena Allah. Karena jika tidak, semua akan sirna
dan tidak berbekas sedikit pun.
Ada ayat Al-Quran dalam surah Al Nahl ayat
125. Begini ayatnya:
اُدْعُ اِÙ„ٰÙ‰ سَبِÙŠْÙ„ِ رَبِّÙƒَ بِالْØِÙƒْÙ…َØ©ِ ÙˆَالْÙ…َÙˆْعِظَØ©ِ الْØَسَÙ†َØ©ِ ÙˆَجَادِÙ„ْÙ‡ُÙ…ْ بِالَّتِÙŠْ Ù‡ِÙŠَ اَØْسَÙ†ُۗ اِÙ†َّ رَبَّÙƒَ Ù‡ُÙˆَ اَعْÙ„َÙ…ُ بِÙ…َÙ†ْ ضَÙ„َّ عَÙ†ْ سَبِÙŠْÙ„ِÙ‡ٖ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ اَعْÙ„َÙ…ُ بِالْÙ…ُÙ‡ْتَدِÙŠْÙ†َ
Artinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang
baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu,
Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl : 125)
Sebagai seorang guru, kita membina para siswa/i
di lembaga, kita sebagai seorang kakak, membimbing adek-adek kita baik yang
adek kandung atau adek tingkat kita di kampus, semua perlu perjuangan, pengorban
dan keikhlasan juga kesabaran yang mendalam. Capek hati, capek pikiran, capek
dompet (dompetnya terkuras) dan capek fisik dan jiwa. Tetapi tentu capeknya
kita adalah dalam rangka menajdi secercah cahaya bagi orang-orang sekitar. Mudah-mudahan
capeknya kita menjadi sarana agar Allah meridhoi setiap langkah dan aktivitas
kita dan menjadi penyebab Allah mengampuni dosa dan kesahan kita.
Orang yang capek dalam berdakwah balasannya
adalah surga. Kita mengajak orang lain untuk semakin dekat kepada Allah berarti
kita sedang berlomba-lomba menuju ampunan Allah. Karena dua kebahagian bagi seorang
muslim. Kehidupannya diridhoi Allah dalam hal ini amalnya diterima dan diampuni
dosa-dosanya. Allah SWT berfirman dalam surah Al Imran ayat ke 133. “Dan
bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya
seluas langit dna bumi yang disediakan untuk orang-orang bertakwa.”
Lalu bagaimana caranya supaya capeknya kita
itu bernilai ibadah? Alfakir singkat menjadi JP. Jaga niat dan Percaya akan janji
Allah. Udah dua ini cukup. Setiap apapun yang diniatkan karena Allah maka akan
mudah dan ringan. Kalau pun capek maka capekknya tidak membuat kita trauma. Kemudian
kita harus percaya bahwa tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. Begitupun
sebaliknya.
Demikian sahabat Mila, semoga tulisan ini
bermanfaat untuk Alfakir dan sahabat pembaca.
Sambil didoakan ya semoga Allah izinkan kita untuk
menjadi orang yang berilmu dan tawadhu, yang masih single menjadi isteri, ibu,
suami, ayah, dan orang tua yang santun, penuh kasih sayang dan mampu menjadi
teladan bagi keluarga dan ummat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar