Kamis, 23 Februari 2023

3 Jenis Capek yang dicintai Allah

 

3 Jenis Capek yang dicintai Allah- Milah Smart


Assalamualaikum sahabat Mila, selamat beristirahat ya. Malam jumat semoga senantiasa dalam kebekahan. Perbanyak doa dan penghaapan kepada Alla semata ya.

 

Sahabat, pernah ndak merasakan capek. Capek belajar, capek ngerjain tugas, capek kerja, capek menjomblo. Eaa. minta dipentung ini. 😄 Jangan capek menjomblo atuh, kamu itu jomblo berharga ya. 😉


Pokoknya capek menjalani kehidupan dan ingin menyerah dan bilang, “Ya Allah udahan aja, aku capek.” Se gampang itu kita bilang.


Sahabat, Aktivitas dari pagi sampai malam, sampai pagi lagi, kadang kerjaan belum beres dan masih dilanjutkan hari berikutnya, pasti itu jadi membuat kita capek banget kan?


Kenapa semua terasa capek? Ya, karena hakikatnya kehidupan kita itu untuk bercapek-capek. Berlelah-lelah kalau kata bahasa anak gaul jaman sekarang. “Biarkan lelah jadi lillah ukhti”


Sini Mila coba ajak untuk lebih detail lain.


Jadi guru, capek ngurusin peserta didik dan buat pencana pembelajaran sampai menyiapkan berbagai inovasi pembelajaran.


Jadi dosen juga capek, ngurusin murid dan melakukan penelitian juga pengabdian masyarakat sebagai penerapan tridharma perguruan tinggi.


Jadi Petani juga capek, ngurusin ladang dari proses pemilihan benih, penyemaian penanaman, pukuk tanaman hingga menjelang panen. Belum lagi panas-panasan dan menghadapai hasil panen yang kadang tidak sesuai dengan harapan.


Jadi seorang slide desain, capek juga. Clientnya minta revisi terus, sampai lebih dari sepuh kali revisi. Buat kepala puyeng (hihi, pengalaman)


Jadi apapun itu, capek sahabat semua. Karena hakikatnya di dunia ini kita untuk bercapek-capek.


"Kalau kita hidup ndak mau capek, berarti tandanya, kita tidak mau hidup dan selesai sudah kehidupan kita." begitu nasehat seorang guru.


Kalau pun senang, ya kesenangan itu hanyalah sementara. Senang dan capek, hakikiatnya hanyalah sementara dan hanya titipan Allah. Senang hadiah dari Allah, capek juga perjalanan yang harus dilalui setiap insan. Semuanya tidak ada yang kekal dan abadi. Kecuali apa-apa yang ada di sisi Allah.


Kesenangan dunia hanya sementara. Sebagaimana Allah sampaikan dalam firmanNya: “Dan apa saja (kekayaan, jabatan, keturunan) yang diberikan kepada kamu, maka itu adalah kesenangan kehidupan hidup duniawi dan perhiasannya; sedang apa yang disisi Allah adalah lebih baik dan lebih kekal. Tidakkah kamu mengerti?” (QS Al-Qasas 28: 61).


Intinya dalam kehidupan ini, kita akan selalu dihadapkan dengan dua pilihan. Kita mau capek dalam kebaikan atau capek dalam keburukan. Mau capek dalam ketaatan atau capek dalam kemaksiatan. Tentu kita bermohon kepada Allah agar kita bisa terus berada dalam kebaikan dan ketaatan. (aaminkan atuh sahabat Mila)


Nah! ternyata ada 3 jenis capek yang dicintai Allah. Agar mudah mengingatnya, Mila singkat menjadi MCB.


Pertama, Menuntut Ilmu. Seorang hamba yang capek dalam menuntut ilmu karena Allah semata, capeknya akan menjadi jalan kebaikan baginya. Capeknya akan Allah balas dengan balasan terbaik. Saat di dunia, Allah aja akan mengangkat derajat orang-orang berilmu.


Hal ini termaktum dalam surah Al Mujadilah ayat ke 11 yang artinya ".....niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.."


Capeknya saat kita menuntut ilmu akan mengantarkan kita dalam jalan ketakwaan dan keberhasilan. InsyaAllah. Siapa yang tidak mau bercapek-capek dalam belajar maka sesungguhnya ia harus siap dengan beratnya kebodohan di masa mendatang. Sebagaimana yang diwasiatkan oleh Imam Syafi'i "Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan"


Kedua, Cari Nafkah. Eaa bahasanya berat ya. Beneran ini sahabat Mila. Seorang suami, seorang ayah yang capek karena bekerja mencari rezeki yang halal dan baik untuk menafkahi anak dan isterinya maka ia akan menjadi hamba yang dicintai Allah. Tentu kita sebagai seorang peremuan juga sama.


Ada beberapa hadist yang Alfakir himpun dari beberapa referensi buku mengenai akan keutamaan capek karena mencari nafkah untuk keluarga.


Diantaranya  Rasul bersabda: ”Sesungguhnya di antara dosa-dosa itu, ada yang tidak dapat terhapus dengan puasa dan shalat”. Maka para sahabat pun bertanya: “Apakah yang dapat menghapusnya, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: ”Bersusah payah (bekerja keras) dalam mencari nafkah.” (HR. Bukhari)


Kemudian siapa yang bercapek-capek siang hingga malam hari untuk mencari nafkah maka ia capeknya akan menjadi wasilah diampuni dosa-dosanya.

Rasulullah SAW bersabda: ”Siapa saja pada malam hari bersusah payah dalam mencari rejeki yang halal, malam itu ia diampuni”. (HR. Ibnu Asakir dari Anas)


”Siapa saja pada sore hari bersusah payah dalam bekerja, maka sore itu ia diampuni”. (HR. Thabrani dan lbnu Abbas)


MasyaAllah ya. Setiap kali Mila membaca dan memahami hadist ini, Mila selalu ingat dengan Abi dan Umi di rumah.


Abi dan Umi Mila, keduanya adalah petani. Setiap pagi Abi itu sudah berangkat ke kebun untuk mengambil deresan air gula aren. Kemudian kembali lagi ke rumah untuk sarapan dan kadang, setelah itu Abi dagang martabak. Keliling di SD dan TK yang ada di dekat rumah dnegan gerobak dan kuda besinya. Umi ditemani adek Zakiyah juga dagang berbagai jajanan snack ringan di TK yang ada di samping rumah.


Setelah Abi berjualan, bisanya ke kebun atau kesawah. Di selalu ada aja yang dikerjakan disana. Pas kami tanya Abi capek ndak di kebun/di sawah, jawabannya capek.


“Iya capek kasang-kadang. Tapi Abi semangat lagi, yang penting anak-anak Abi soleh sholehah, mampu menjaga kesucian dirinya, menjaga izzahnya sebagai seorang muslim dan tetap menjaga adab-adabnya sebagai seorang pembelajaran.” Ucap Abi dengan suara lirih.


Kadang Mila juga bertanya, apa yang membuat Abi dan Umi mau berjuang dan berkorban untuk membiayai pendidikan anak-anaknya (kadang backgroundnya sebagai seorang karyawan muncul) menetes air mata kalau mendengarkan keduanya bercerita.


Sampai hari ini pun, Mila selalu bertanya dan ngobrol tentang perkembangan di sawah dan di kebon. Setidaknya walau kami anak-anaknya tidak membersamai di sawah dan di ladang, kami mendengarkan mereka curhat tentang di sawah dan di ladang.


Pernah satu kesempatan, Abi dagang martabak kelilig tetapi sudah sampai pukul 11.30 WIB baru terjual setengah dan setengahnya dibawa pulang lagi. Sedih banget Mila lihatnya.


“Abi makasih ya Abi udah berjuang hari ini. Abi mampu menjual setengah markabak di toples ini.” Ucapku sambil membantu menurunkan kerangka gerobak dagangan dari motor.


Abi hanya tersenyum dan sambil menghela nafas agak panjang. “Iya dek. Rezekinya segini. Ini sisisanya masukin kulkas dulu ya nanti kita buat markabak untuk dimakan dan dibagikan. Hari ini sepi, ada yang jualannya lebih menarik juga, es nama lebih laris.” Kata Abi


“Ndak papa bi, udah rezekinya Abi hari ini dna rezeki amang penjua es nama.” Ujarku menyamangati.


Umi yang sedang sibuk didapur hanya menyimak perbincangan kami berdua waktu itu.


Sejak kuliah juga, kami anak-anaknya selalu berkomitmen untuk bisa lolos beasiswa di kampus. Walau kadang ada beberapa yang tidak lolos beasiswa full, kami (anak-anaknya) mengajukan beasiswa tahunan. Alhamdulillah ada dan dapat. Dulu teteh kami dapat beasiswa dari Muhammadiyah, Mila dapat beasiswa Lampung Peduli, beasiswa DIPA, beasiswa Bank Indonesia. Adek-adek dapat beasiswa YBM PLN, YBM BRI dan dari lembaga lainnya. Alhamdulillah. Selebihnya ya dari orang tua.


Mila juga sangat salut dengan perjuangan paman Holil (adiknya Ibu yang bungsu). Sudah 10 tahun lebih beliau kerja di sebuah pelabuhan ternama di pulau Jawa. Pulang semingu sekali ke rumahnya (itupun kalau sempat). Kalau beliau ke rumahnya biasanya pulang malam Ahad, dan malam Senin sudah berangkat lagi.

Mila juga tidak begitu faham secara detail jenis perkerjaannya namun setiap kapal itu berganti, paman dan timnyalah yang bertugas menurunkan barang dari kapal menuju gudang penampungan dan mengisi kembali barang-barang yang akan dikirim oleh kapan menuju pelabuhan berikutnya.


Hujan, angin malam dan kadang cuaca yang tidak menentu membuat paman tidak terjaga pola makannya dan harus bersiap siaga. Semua dilakukan untuk menafkahi anak dan isterinya. Kami jangan sekali bertemu kecuali di agenda-agenda besar keluarga. Seperti pesta walimah keluarga besar dan hari raya. Semoga di pernikahan Mila nanti, paman dan keluaga bisa hadir mendampingi juga memberikan dosa restu secara langsung.


Pernah dalam satu kesmepatan kami mengobrol telpon via Wtahsapp, apa prinsip yang harus dijaga saat paman bekerja di sebuah pelabuhan. Paman bilang “Menguasai Diri dan Menjaga Emosi.”. Menurut paman, bekerja di pelabuhan tidaklah mudah, ia akan banyak berinterkasi dengan berbagai orang dengan suku dan latar belakang yang berbeda-beda. Jika tidak mampu menguasai diri, tidak sabar, tidak memahami orang dan tidak paham dengan bagaimana etika berkomunikasi makaakan mengakibatkan senggol bacok.


“Alhamdulillah sejak SD dampai SMA Paman didik di pondok, Jadi bekal buat Paman kerja disini. Terutama menjaga ibadah dan menjaga diri yang jauh dari anak dan isteri.” Mataku berbinar dan perlahat airmata berderai tak diundai di pipiku.


Mila bangga pada Paman, yang berjuang untuk menjaga diri, keluarga dan agamanya. Mila dan semua ponakan disini mendoakan paman, semoga Allah senantiasa memberikan penjagaan terbaiknya dan memberikan paman keturunan yang sholeh dan sholehah.


Sahabat, perjuangan orang tua kita sangat berharga. Keringat, daran bahkan nyawanya dipertaruhkan untuk keluarganya. Karenanya yuk kita bersungguh-sugguh dalam belajar dan terus berusaha untuk menjadi pribadi yang bisa membanggakan keduanya.


Mengenai perjuangan mencari nafkah juga, bisa menjadi wasilah bahwa Allah akan mengharamkan kedua tangannya masuk ke dalam neraka. Mari kita simak sejenak kisahnya.


Pernah dalam satu kesempatan, Rasullulla SAW sedang dalam perjalanan pulang dari perang Tabuk. Di tengah perjalanan beliau dan para sahabat menuju gerbang kota Madinah, Rasul bertemu dengan seorang laki-laki. Kemudian laki-laki ini datang dan bersalaman dengan Rasulullah SAW.


Saat Rasul bersalaman, terasa oleh beliau, bahwa kedua tangan sahabat ini kapalan. Kemudian Rasul bertanya mengenai apa yang menyebabkan kedua tangannya kapalan. Sahabat ini kemudian menjawab “Saya membajak tanah untuk menafkahi keluarga saya wahai Rasulullah.”


Mendengar hal itu, Rasul langsung mencium kedua tangannya. Kemudian Rasul bersabda “Tangan ini tidak akan pernah disentuh api neraka.”  (untuk riwayat hadistnya kita cari sama-sama ya)


Ketiga Berdakwah. Capek saat kita berdakwah juga merupakan capek yang dicintai Allah. Kenapa dicintai Allah? Karena yang bisa melakukan hanya orang-orang pilihan saja. Tidak semua orang mampu dan mau. Berdakwah tidak harus dengan kita pidato di mimbar-mimbar datau podium atau masjid. Tetapi saat kita mampu memberikan keteladanan atau memberikan manfaat kepada orang lain ini juga bagian dari berdakwah.


Dakwah secara bahasa sedehananya adalah mengajak, menyeru atau kegiatan yang sifatnya memanggil orang-orang agar beriman dan taat hanya kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syariat dan akhlak Islam. Nafas utama atau konten mendasar dalam dakwah ini adalah amal maru nahi munkar.


Tujuannya untuk apa? Menghantarkan hidayah pada manusia serta mengeluarkan manusia dari kegelapan serta menyelamatkan manusia dari bencana besar di dunia dan diakirat. Membebaskan manusia dari penghambaan kepada selain Allah.


Kalau dulu waktu Mila kuliah, dakwah itu ada berbagai macam jenisnya. Ada dakwah bi lisan, bil qolam dan bil hal. Dakwah dengan biacara, dakwah dengan tulisan dan dakwah dengan keteladanan. Kesemuanya perlu niat yang suci dan bersih karena Allah. Karena jika tidak, semua akan sirna dan tidak berbekas sedikit pun.


Ada ayat Al-Quran dalam surah Al Nahl ayat 125. Begini ayatnya:


اُدْعُ اِÙ„ٰÙ‰ سَبِÙŠْÙ„ِ رَبِّÙƒَ بِالْØ­ِÙƒْÙ…َØ©ِ ÙˆَالْÙ…َÙˆْعِظَØ©ِ الْØ­َسَÙ†َØ©ِ ÙˆَجَادِÙ„ْÙ‡ُÙ…ْ بِالَّتِÙŠْ Ù‡ِÙŠَ اَØ­ْسَÙ†ُۗ اِÙ†َّ رَبَّÙƒَ Ù‡ُÙˆَ اَعْÙ„َÙ…ُ بِÙ…َÙ†ْ ضَÙ„َّ عَÙ†ْ سَبِÙŠْÙ„ِÙ‡ٖ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ اَعْÙ„َÙ…ُ بِالْÙ…ُÙ‡ْتَدِÙŠْÙ†َ


Artinya:  Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl : 125)


Sebagai seorang guru, kita membina para siswa/i di lembaga, kita sebagai seorang kakak, membimbing adek-adek kita baik yang adek kandung atau adek tingkat kita di kampus, semua perlu perjuangan, pengorban dan keikhlasan juga kesabaran yang mendalam. Capek hati, capek pikiran, capek dompet (dompetnya terkuras) dan capek fisik dan jiwa. Tetapi tentu capeknya kita adalah dalam rangka menajdi secercah cahaya bagi orang-orang sekitar. Mudah-mudahan capeknya kita menjadi sarana agar Allah meridhoi setiap langkah dan aktivitas kita dan menjadi penyebab Allah mengampuni dosa dan kesahan kita.


Orang yang capek dalam berdakwah balasannya adalah surga. Kita mengajak orang lain untuk semakin dekat kepada Allah berarti kita sedang berlomba-lomba menuju ampunan Allah. Karena dua kebahagian bagi seorang muslim. Kehidupannya diridhoi Allah dalam hal ini amalnya diterima dan diampuni dosa-dosanya. Allah SWT berfirman dalam surah Al Imran ayat ke 133. “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dna bumi yang disediakan untuk orang-orang bertakwa.”


Lalu bagaimana caranya supaya capeknya kita itu bernilai ibadah? Alfakir singkat menjadi JP. Jaga niat dan Percaya akan janji Allah. Udah dua ini cukup. Setiap apapun yang diniatkan karena Allah maka akan mudah dan ringan. Kalau pun capek maka capekknya tidak membuat kita trauma. Kemudian kita harus percaya bahwa tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula. Begitupun sebaliknya.


Demikian sahabat Mila, semoga tulisan ini bermanfaat untuk Alfakir dan sahabat pembaca.

 

Sambil didoakan ya semoga Allah izinkan kita untuk menjadi orang yang berilmu dan tawadhu, yang masih single menjadi isteri, ibu, suami, ayah, dan orang tua yang santun, penuh kasih sayang dan mampu menjadi teladan bagi keluarga dan ummat.


 Salam,

Milah Smart

Tidak ada komentar:

Posting Komentar