 |
Milah Smart - Manejemen waktu shalafus sholeh |
Bismillahirohmanirrahim.
Sahabat Milasmart dimanapun berada. Bagimana kabarnya? sehat?
Semoga Allah senantiasa memberkahi setiap aktivitas kita ya. Aaamiin
Sahabat Mila
pernah ndak merasakan seharian kegiatan gitu-gitu aja. Badan kerasa lemas
dan capek banget, padahal ndak banyak aktifitasya. Seharian dirumah/dikontrakan,
tapi rumaah masih acak-acaka ndak rapih.
Baru mengerjakan
sholat duha, eh! Ndak kerasa udah dzuhur aja. Sering gitu tiba-tiba udah adzan
magrib, padahal kita belum bersih-bersih diri. Akhirnya apa? Melewati hari
tanpa amal yang berarti. Ketahuilah sahabat, bahwa (bisa jadi) waktumu tidak
berkah. Naudzubillah.
Sebaik-baik
masa adalah masa yang digunakan dengan aktifitas yang mendatangkan
keberkahanNya.
Nah! Karena
itulah pada kesempatakan hari ini, Mila akan mengajak sahabat Mila untuk mencermati bagimana para ulama terdahulu
mengatur waktu agar full barokah.
Berikut beberapa cara ulama kita pada zaman dahulu membagi waktu mereka
sehari semalam.
1. Abu Hurairah
(membagi waktu malam menjadi tiga bagian)
Apa sih yang
tidak kenal Abu Hurairah. Beliau salah salah satu sahabat Rasulullah SAW. Abu
Hurairah adalah orang yang paling banyak meriwayatkan hadist. Semasa hidupnya,
hampir ia tidak pernah berpisah menemani Rasulullah SAW. Sungguh beruntung Abu
Hurairah bisahidup bersama dengan manusia paling mulia sepajang zaman.
Setiap hari,
aktifitasnya adalah mengisi hati dnegan ilmu-ilmu dari sosok yang suci (Nabi
Muhammad SAW) dan pada malam harinya, Abu Hurairah membagi malamnya menjadi
tiga bagian. Yakni untuk shalat, untuk belajar dan tidur.
2. Imam Syafi’i
(membagi waktu tiga bagian)
Nah! Sosok
satu ini pun sangat inspiratif. Sungguh keagungan dan keberkahan senantianya
membersamai setiap langkah kehidupannya. Siapa itu? Imam Syafi’i rahimahullah namanya.
Nama lengkap Imam Syafi’i adalah Abu Abdillah Muhammad bin
Idris bin al-Abbas bin Utsman bin Syafi’ bin as-Sa’ib bin Ubaid bin Abdi Yazid
bin Hasyim bin al-Mutthalib bin Abdi Manaf bin Qushai. Menurut beberapa
referensi yang Mila baca, beliau lahir di Gaza (Palestina) pada tahun 150 H dan
wafat tahun 204 H.
Beliau adalah seorang imam yang ahli dalam al-Qur’an, ahli Hadits, ahli Ushul Fiqih, ahli
Fiqih dan ahli Bahasa yang terkemuka di masanya. MasyaAllah ya. Maka tak heran
semasa hidupnya beliau banyak melahirkan lebih dari delampan karya buku yang bisa
kita baca dan pelajari hingga saat ini. Diantara kitab-kitab yang pernah beliau
tulis diantaranya Kitab al-Umm karya Imam
Syafi’i.
Imam Syafi’i
yang merupakan salah satu imam mazhab ini, membagi waktu malamnya menjadi tiga
bagian. Sepertiga pertamanya untuk menulis ilmu, sepertiga kedua untuk shalat
malam, sepertiga akhirnya untuk tidur.
3. Imam Ghazali
(membagi waktu tiga bagian)
Ya. Imam
Ghazali sang Hujjahatul Islam. Beliau adalah seorang
tokoh Muslim terkemuka sepanjang zaman yang dikenal sebagai seorang ulama,
filsuf, dokter, psikolog, ahli hukum, dan sufi yang sangat berpengaruh di dunia
Islam. Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al-Ghazali ath-Thusi asy-Syafii
nama lengkapnya.
Sahabat Mila, Imam Al-Ghazali ini juga dikenal sebagai
seorang penulis produktif. Bagaimana tidak, di usianya yang terbilang muda, ia
mampu melahirkan lebih dari 20 karya di berbagai cabang ilmu pengetahuan. Salah
satu karya beliau yang termasyhur di dunia adalah kitab Ihya` Ulum al-din. Kitab
ini telah menjadi rujukan umat Islam di seluruh dunia, termasuk Indonesia dalam
mempelajari ilmu tasawuf. Di dalamnya, dijelaskan tentang jalan seorang hamba
untuk menuju ke hadirat Allah.
MasyaAllah. Mila kemudian bertanya dalam hati, “Di balik sosok
Imam Al-Ghazali yang cerdas ini, ada sosok Ibu yang mengandung dan
melahirkannya.” Sungguh beruntunya ibu ini yang memiliki putra seperti ini. Memiliki
anak yang cerdas, jenius dan sholeh adalah lebih mulia dibanding harta yang
berharga di dunia. Semoga kelak kita juga (sebagai ibu) mampu melahirkan anak-anak
seperti Imam Al-Ghazali ini. Aamiin ya Allah.
Nah! Kemabali
ke tema awal ya sahabat Mila, bahwa sama halnya dengan imam Syafi’i, Imam
Ghazali rahimahullah pun membagi
waktu sehari semalam menjadi tiga bagian. Sepertiga untuk menulis ilmu,
sepertiga untuk ibadah, dan sepertiga terakhirnya untuk istirahat.
Lalu,
kapan waktu-waktu yang paling berharga untuk belajar? Kalau baca di beberapa
litelatur, waktu yang sangat berharga adalah waktu pagi ini. Kebanyakan ulama
menghafal pelajaran atau belajar itu di Pagi Hari. Para ulama salafus shalih memberikan kiat untuk memanfaatkan
waktu belajar pada pagi hari.
Waktu yang terbaik terbaik untuk menghafal adalah
waktu sahur, sebelum fajar, untuk meneliti adalah pagi, untuk menulis di tengah
hari dan untuk menelaah sekaligus mengulang di waktu malam.
Kita juga
tau, bahwa seorang Ibu Jarir Ath-Thabrani (seorang
sejarawan dan pemikir muslim dari Persia) membagi waktunya menjadi empat bagian.
Pagi ia gunakan untuk membaca. Setelah waktu dzuhur dan ashar beliau gunakan
untuk menuliska apa yang menjadi hasil bacaannya di pagi hari. Setelah
Magrib bersambung setelah shalat Isya beliau mengajarkan ilmunya. Tengah malam
beliau bangun untuk melakukan qiyamul lail.
Jarir
Ath-Thabrani atau lebih dikenal dengan Ath-Thabrani, menulis rata-rata 40 halaman setiap harinya. Jumlah karangan
Ibnu Jarir sebanyak 385.000 halaman.
Demikian sahabat Mila, beberapa penjelasan mengenai menejemen
waktu Ulama Salafus Saleh.
Sahabat masuk gaya belajarnya di tipe siapa? Silakan tulis di kolom komentar ya. Kalau belum punya, mari kita sama-sama belajar ya.
Semoga bermanfaat. Sampai bertemud di tulisan selanjutnya.
Salam,
Milah Smart
Slide Designer Muslimah & Training Facilitator